animasi blog
HALO SOBAT

Sabtu, 22 Desember 2012

LAPORAN BUDI DAYA IKAN NILA


PENDAHULUAN

Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di asia tenggara ikan nila banyak dibudidayakan, terutama di Philipina, Malasya, Thailand dan Indonesia. Ikan ini sudah tersebar hampir keseluruh pelosok tanah air.
Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke balai penelitian perikanan Bogor pada tahun 1969, setahun kemudian ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama ikan nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, nama tersebut diambil dari nama Spesies ikan ini, yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi nila. Maka dalam budidaya ikan sudah lama di kenal banyak orang, namun metode yang di gunakan masih bersifat tradisional dan sederhana. Untuk meningkatkan produksi ikan perlu kiranya di lakukan pengembangan di bidang budidaya ikan.


Dalam bidang budidaya ikan baik pembenihan dan pembesaran masih berkaitan dengan pakan / makanan, maka pakan adalah nama umum yang di gunakan untuk makanan yang di manfaatkan atau di makan hewan, termasuk ikan untuk kelangsungan hidupnya dan pertumbuhan tubuh. Pakan yang di makan ikan berasal dari alam di sebut pakan alami dan dari buatan manusia disebut pakan buatan.
Dalam praktikumnya pakan alami sudah terdapat secara alami di perairan kolam tempat pemeliharaan ikan. Pakan alami bisa juga diberikan seperti memberikan pakan buatan, pakan alami yang tersedia di alam umumya tumbuh dan berkembang akibat proses pemupukan. Pakan alami yang diberikan sebagai makanan tambahan adalah makanan alami yang dikulturkan atau sengaja dibudi dayakan dimedia lain kemudian saat di butuhkan diberikan kepada ikan baik dalam pembenihan dan pembesaran.


TINJAUAN PUSTAKA

Sistimatika ikan nila, menurut Amri dan Khairuman (2003), adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Acantho pterigii
Suku : Cichlidae
Genus : Oreochromis
spesies : Oreochromis sp.

Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembannya para pakar menggolongkan ikan nila ke dalam jenis sora terodom niloticus atau kelompok ikan nila tilapia yang mengerami telur dan larva di dalam mulut induk jantan dan betina, akhirnya diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam ikan nila hanya induk betina.
Para pakar perikanan kamudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama nilotica menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai nil dan benua Afrika. Secara alami ikan ini imigrasi dari habitat aslinya, yakni dibagian hulu sungai nil yang melewati ke arah selatan melalui danau Raft dan Tanganyika. Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.
Populasi terbanyak ditemukan di kolam – kolam ikan di Chad dan Nigeria, dengan campur manusia saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia sampai pelosok – pelosok daerah terpencil.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan nila mudah di pijakan tidak seperti jenis ikan introduksi lainnya yang kadang-kadang sulit memijah, pembenihan ikan nila bisa dilakukan secara alami tanpa campur tangan manusia namun pemijahan alami tersebut akan menghasilkan benih dalam jumlah yang sedikit, sehingga untuk ikan nila dianjurkan menggunakan pemijahan intensif secara masal dengan konsekuensi membutuhkan induk dalam jumlah banyak.
Calon induk yang akan digunakan sebagai penghasilan bibit ikan nila harus diperhatikan kualitasnya sebab induk yang kualitas genetisnya kurang baik, jika dipijakan akan menghasilkan keturunan yang jelek dan kualitas benihnya rendah,karena itu diperlukan waktu pemeliharaan untuk membesarkan induk hingga mencapai umur dan ukuran siap memijah (matang kelamin). Tanda-tanda induk yang kualitas baik adapun sebagi berikut :
- Kondisi sehat
- Sisik besar dan tersusun rapi
- Kepala relatif kecil di bandingkan dengan badan
- Badan tebal dan berwarna mengkilap
- Gerakan lincah
- Memiliki respon yang baik terhadap pakan
Ikan nila termasuk jenis ikan yang jumlah telurnya relatif sedikit sehingga dari setiap pemijahan larva yang dihasikan juga sedikit, untuk mencapai umur induk ikan nila betina yang sudah matang kelamin (umur 5-6 bulan) dengan berat 200-250g mengandung telur 500-1000 butir, dari jumlah telur tersebut bisa dihasilkan 2000-4000 ekor larva, meskipun jumlah telurnya sedikit ikan nila mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif sering terlihat dari rentang waktu antara pemijahan yang sangat singkat yakni 3-6 minggu.
Masa produktif ikan nila 1,5-2 tahun jika sudah berumur diatas 2 tahun, induk ikan nila harus segera diganti dengan induk baru. Biasanya induk yang lama sudah tidak produktif lagi, namun jika tetap dipijakan kualitas benih yang di hasilkan akan menurun.

Adapun ciri-ciri induk ikan nila jantan dan betina sebagai berikut :
Cirri - ciri Induk jantan Induk betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang kelamin Satu lubang untuk mengeluarkan sperma dan air seni Dua lubang untuk mengeluarkan telur dan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan / meruncing Tidak menonjol dan berbentuk bulat

3.2.1 Teknik Pembenihan Ikan Nila (Pembenihan Secara Masal)
Pembenihan secara masal merupakan teknik pemijahan yang mudah di lakukan dan di anggap sedarhana, karena campur tanggan manusia sangat sedikit. Di sebut pembenihan secara masal, karena dalam satu kolam di pijakan beberapa pasang induk, sekaligus hasil panen dari pemijahan sistem ini adalah larva ikan yang baru menetas, penangkapan larva ini di lakukan tanpa mengeringkan kolam terlabih dahulu.
Larva ikan nila yang baru menetas di tangkap dipermukaan air bagian pinggir kolam saat di asuh induknya. Benih ikan ini kemudihan di pelihara di kolam pendederan yang sudah di persiapkan 6 hari sebelunya.
Pembenihan secara masal bisa menghasilkan benih yang ukurannya seragam, proses pemijahannya biasa berlangsung selama 45 – 50 hari dalam jangka waktu tersebut. Pemanenan larva bisa di lakukan selama tiga kali. Dalam tahap pembenihan masal dapat di lihat dari: Persiapan kolam, Penebaran induk, Pemijahan, Pemupukan dan Pemanenan.
3.2.1.1 Persiapan Kolam.
Kolam yang di gunakan untuk pemijahan masal sebanyak satu buah kolam, ukuran kolam lebar 50 m, panjangg 100 m, berupa kolam tanah kontruksi dasar kolam dibuat dengan kemiringan 2 – 5 %. Sebelum digunakan kolam pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu, persiapan meliputi pengeringan kolam selama kurang lebih dua hari, perbaikan pematang, perbaikan kemalir, dan penutupsn kebocoran yang mungkin terjadi. Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa kotoran ternak sebanyak 250 – 1000 g setelah persiapan selesai, kolam diairi setinggi 40 – 60 cm.
3.2.1.2 Penebaran induk
Induk jantan dan betina yang akan di pijakan, ditebarkan secara bersamaan padat tebar induk ikan nila adalah satu ekor dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3 – 1: 5, artinya untuk luas kolam lebar 50 m panjang 100m bisa di tebarkan induk sebanyak 300 ekor induk jantan dan 600 ekor induk betina. Selama berada di kolam pemijahan, induk diberi makan berupa pakan ( pellet) dengan dosis 30% bobot total /hari.
3.2.1.3 Pemijahan
Pemijahan terjadi setelah hari ketujuh sejak penebaran induk. Pemijahan terjadi di lubang – lubang (lekukan berbentuk bulat) diameter 30 – 50 cm didasar kolam yang merupakan sarang pemijahan, ketika pemijahan berlangsung telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk jantan, selanjutnya telur yang sudah dibuahi tersebut dierami induk betina yang sedang mengerami telurnya dan kebiasaannya tidak makan atau puasa, karena itu seminggu setelah induk ditebar jumlah pakan tambahan yang diberikan dikurangi sekitar 25 % dari jumlah semula.
3.2.1.4 Pemupukan
Pada minggu ke dua diperkirakan sudah banyak benih ikan nila yang menetas, untuk menunjang kehidupan benih tersebut dalam kondisi kolam harus keadaan subur Karena itu pada dua minggu kemudian kolam pemijahan perlu diberi pupuk berupa kotoran ternak dengan dosis 500g agar pupuk yang ditebar tidak hanyut terbawa air / debit air yang masuk ke kolam dikurangi.
3.2.1.5 Pemanenan
Benih bisa segera dipanen setelah induk melepaskan benih Dari dalam mulutnya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat yang tepat paling lambat dua hari setelah benih yang di keluarkan dari mulut induknya. Waktu pemanenan yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika kondisi oksigen ( O2 ) dalam jumlah banyak, hal ini ditandai dengan banyaknya larva yang muncul ke permukaan air kolam, terutama dibagian pinggiran kolam. Jika pemanenan terlambat dilakukan larva sudah berpindah kearah tengah kolam sehingga sulit untuk ditangkap dan larva yang tertangkap segera dipindahkan kedalam kolam pendederan yang di siapkan.

3.2.2 Teknik Pembesaran Ikan Nila ( Pembesaran di kolam )
Pembesaran ikan nila di kolam sebaiknya dilakukan secara monokultur ( jenis ikan nila saja ) untuk hasil yang terbaik digunakan sistim monosek culture ( berkelamin tunggal Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil panen dengan bobot total yang memenuhi kebutuhan meskipun demikian untuk pemeliharaan dikolam ada juga yang melakukan pemeliharaan secara polikultur ( dengan jenis ikan lain ). Benih yang ditebar untuk pembesaran berasal dari benih hasil pemanenan pendederan kedua. Untuk pemeliharaan di kolam atau benih yang ditebar sebaiknya juga bersal dari benih hasil pendederan di kolam.
3.2.2.1 Persiapan media pemeliharaan
Persiapan media pemeliharaan dimulai dengan perbaikan pematang, saluran air, pintu-pintu pemasukan air dan pintu-pintu pengeluaran air, Lumpur didasar kolam diangkat kemudian kolam dikeringkan sampai tanahnya retak-retak sehingga hama yang ada dan potensial pengganggu kehidupan ikan bisa musnah. Untuk meningkatkan kesuburan tanah perlu ditebarkan pupuk kotoran ternak yang tersedia kemudian kolam diisi air sampai ketinggian kurang lebih 70 cm. setelah lewat tiga hari pemupukan ulang dilakukan.
3.2.2.2 Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah. Tujuannya untuk menghindari terjadi stres pada benih ikan, ukuran benih yang ditebar diusahakan seragam dan kondisinya sehat. Ciri-ciri benih ikan yang sehat adalah tubuhnya berwarna cerah, gerakan lincah dan respon terhadap pakan. Padat tebar benih tergantung pada ukuran benih ikan yang ditebar atau berdasarkan pada target panen yang di capai dengan ukuran kolam yang tersedia dalam tahap pembesaran.
3.2.2.3 Pemeliharaan benih
Pemeliharaan benih dalam kurung waktu tiga bulan, selama masa pemeliharaannya akan diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 3 – 5% per hari dari total berat tubuhny. Pakan tersebut harus berkualitas baik dengan kandungan protein minimum 25 % dalam frekuensi pemberian pakan untuk pemeliharaan di kolam yakni tiga kali sehari untuk mempertahankan kesuburan kolam dilakukan pemupukan ulang dengan pupuk kandang setiap dua minggu sekali agar mempertahankan kesuburan kolam.
3.2.2.4 Pemanenan
Pemenenan dilakukan setelah pemeliharaan berlangsung selama tiga bulan. target yang diproduksi itu diharapkan bisa tercapai bila pemanenan dilakukan maka dengan cara mengeringkan air hingga tersisa dikemalirnya kemudian ikan dikumpulkan kearah pintu pengeluaran air melalui kemalir, setelah itu ikan ditangkap dengan seser lalu ditampung dalam hapa atau waring yang sudah tersedia di air kolam yang jernih, agar untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan dalam keadaan baik.

3.2.3 Hasil Budidaya Pakan Alami (Daphnia, Sp.)
3.2.3.1 Hasil Budidaya.
Pakan alami umumnya merupakan mikro organisme atau jasad renik yang hidup di dalam air, seperti plankton atau phytoplankton (tumbuhan renik) dan zooplankton (hewan renik).
Ketersediaan pakan alami merupakan faktor yang berperang penting dalam mata rantai budidaya ikan. Terutama pada stadia benih dan pakan alami memiliki beberapa keunggulan di bandingkan dengan pakan buatan yaitu:
- Memiliki nilai nutrisi yang tinggi.
- Mudah di budidayakan.
- Memiliki ukuran yang relatif sesuai dengan bukaan mulut ikan, ukuran benih.
- Memiliki gerakan yang merangsang ikan untuk memangsanya.
- Memiliki kemampuan berkembang baik dengan cepat dalam waktu yang relatip singkat sehingga tersedia dan dapat terjamin.
- Biaya usaha relatif lebih murah dan
- Tidak menimbulkan pencemaran pada media pemeliharan ikan.
3.2.3.2 Morfologi Pakan Alami Daphnia, Sp. Termasuk dalam;
Filum : Arthropoda.
Kelas : Crustacea.
Bangsa : Cladocera.
Suku : Daphniadae.
Marga : Daphnia.
Jenis : Daphnia, Sp.
Daphnia, Sp. Ini disebut juga jasad trenik atau kutu air yang termasuk ke dalam Crustacea dan Ordo Cladocera. Bentuk tubuhnya memanpat ke samping dan terdapat ruas-ruas (buku-buku) pada tubuh. Dinding tubuh bagian punggung membentuk lipatang yang menutupi bagihan tubuh serta anggota-anggota tubuhnya sihingga kelihatan seperti cangkang kerang pada bagihan belakang cangkang. Cangkang terdapat sebuah kantung yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.
Daphnia, Sp. Ini juga di sebut dengan Moina, Sp. Karena di lihat dari tingkalaku dan ciri-cirinya sama. Kebanyakan di temukan di perairan yang banyak mengandung bahan organik terlarut. Makanan utamanya adalah tumbuhan renik (phytoplankton) dan sisa-sisa bahan organik (detritus), serta hewan-hewan renik (zooplankton).
Daphnia, Sp. Ini juga dapat memiliki alat gerak kusus berupa kaki renang, sehingga dapat bergerak aktif. Cara hidupnya sebagai planktonik yang melayang di dalam air. Berkembang biak dengan cara bertelur. Telur – telur di hasilkan olah hinduk betina dan di tampung dalam kantung telur yang terletak di daerah punggung. Telur berkembang tanpa proses perkawinan (parthenogenesis).
Kehidupan Daphnia, Sp. Sanggat memerlukan suhu yang berkisar antar 22 – 31 0C. Siklus hidup daphnia, Sp. Kurang lebih 21 hari, bila lewat dari 21 hari dalam jangka waktu 4 – 6 hari dapat mencapai stadia dewasa.
3.2.3.3 Pelaksanaan Budidaya Pakan Alami Daphnia sp.
Pelaksanaan Budidaya Pakan Alami Daphnia sp. Adalah sebagai berikut:
1. Lokasi budidaya
- Dilakukan di tempat terbuka
- Kolam budidaya berupa bak beton
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan
- Pupuk kandan/kotoran ternak sebanyak 1,500 kg
- Bibit dimanfaatkan dari alam dapat berupa jerami padi yang sudah lunak/membusuk
- Air sumur/air dari parit
- Pemasangan aerasi
3. Alat-alat yang dibutuhkan
- Parang/pisau
- Karung 1 buah
- Kayu tongkat 1 buah
- Waskom/ember 2 buah
- Seser penyaring 1 buah
- Tali pengikat (rafia)
4. Cara budidaya
- Persiapan bak budidaya dan bahan-bahan serta alat-alat yang dibutuhkan.
- Pengisian air dalam bak dengan ketinggian ± 60 cm. pemasangan aerasi
- Pemupukan dengan kotoran ternak sebanyak 1,500 kg dan dimasukan kedalam karung serta digantungkan di dalam air.
- Pemupukan ulang sebanyak 0,50 dosis, setelah seminggu dari pemupukan awal.
- Penebaran bibit daphnia sp.dapat ditebarkan pada hari ke dua
- Kemudian dibiarkan selama ± 21 hari maka tumbuhlah pakan alami daphnia sp. (pemanenan dapat dilakukan).
- Untuk dapat mengetahui secara jelas, maka kita dapat mengamatinya dengan menggunakan mikroskop
5. Pemanenan
- Disaring dengan seser penyaring
- Lalu ditampung dalam Waskom/wadah penampungan
- Siap ditebarkan baik untuk larva maupun benih ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar