PRINSIP KERJA, KONSTRUKSI, DAN KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM
PENYALAAN LISTRIK PADA MOTOR BENSIN
Sistem penyalaan listrik
(pengapian) terdapat pada motor bensin guna menghasilkan suhu yang cukup tinggi
untuk memulai pembakaran dengan cara menyalakan busi di ruang bakar di dalam
silinder. Pada motor diesel tidak dilengkapi sistem penyalaan listrik karena
untuk menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran ditempuh
dengan cara memampatkan (mengompresi) udara yang masuk ke ruang bakar di dalam
silinder.
Penyalaan
pada Motor Bensin
- Pembakaran di ruang bakar di dalam silinder pada motor bensin dapat berlangsung apabila ketiga syarat pembakaran terpenuhi, yaitu: (1) bahan bakar (bensin), (2) udara (oksigen), dan (3) suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran.
Suhu
yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran pada motor bensin diperoleh dari
percikan atau loncatan bunga api listrik (spark) pada busi (spark
plug).� Bunga api listrik dihasilkan oleh sistem penyalaan listrik (ignition
system) berupa unit alat penyala listrik (ignition unit), yaitu
terdiri atas dua jenis: (1) unit alat penyala batere (battery ignition unit),
dan (2) unit alat penyala magnet (magneto ignition unit).
Fungsi Alat
Penyala Listrik
- Suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran pada motor bensin diperoleh dari loncatan (percikan) bunga api listrik antara elektroda busi pada saat torak menjelang mencapai TMA (titik mati atas) pada akhir langkah kompresi.� Saat terjadinya percikan tersebut ditentukan oleh unit alat penyala listrik.
- Unit alat penyala listrik (ignition unit) berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api listrik pada busi pada sesaat menjelang torak mencapai TMA pada akhir langkah kompresi.
Komponen Unit
Alat Penyala Listrik
Unit alat penyala listrik terdiri atas komponen:
(1)
sumber arus listrik
(battery, atau magneto)
(2)
kumparan penyala (ignition
coil): kumparan primer dan sekunder
(3)
busi (spark plug)
(4)
pemutus arus primer
atau platina (breaker points)
(5)
nok atau kam (cam)
(6)
kondensor (condenser)
Beberapa jenis motor bensin tidak lagi
menggunakan platina, tetapi sudah menggunakan sistem CDI (Capacitor
Discharge Ignition), atau sistem EPI (Electronic Pointless
Ignition) untuk menghindari kerusakan mekanis (keausan) di bagian pemutus
arus primer (platina).
- Motor bensin dengan jumlah silinder lebih dari satu maka perlu dilengkapi dengan distributor (pembagi arus) untuk membagi arus induksi ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutan penyalaannya (firing order).�
- Poros yang memutar rotor distributor sama dengan poros nok pemutus arus primer sehingga pada saat terjadi pemutusan arus primer maka bersamaan itu pula terjadi hubungan antara rotor distributor dengan salah satu kabel busi sesuai dengan urutan penyalaannya.
Prinsip
Terbentuknya Bunga Api Listrik
- Prinsip kerja terbentuknya bunga api listrik (spark) sederhana digambarkan dalam Gambar 1.
Gambar 1.� Prinsip terbentuknya percikan bunga api
listrik (spark) sederhana
Prinsip
terbentuknya bunga api listrik (spark) sederhana:
(1)
Ketika kedua ujung kabel yang
dipegang tangan kiri dan kanan dijauhkan, maka akan terjadi medan magnet pada
kumparan
(2)
Apabila kedua ujung kabel
didekatkan dengan jarak tertentu, atau disentuh-sentuhkan, maka arus induksi
akan mengalir pada kedua ujung kabel tersebut sehingga terjadi spark
(3)
Prinsip terbentuknya spark
sederhana inilah yang selanjutnya digunakan sebagai prinsip dasar penyalaan
listrik pada unit alat penyala batere dan magnet, baik yang menggunakan platina
maupun CDI
Prinsip Kerja
Unit Alat Penyala Batere
- Prinsip kerja unit alat penyala batere yang menggunakan pemutus arus primer (platina) digambarkan dalam Gambar 2.
Gambar 2.� Prinsip kerja unit alat penyala batere
yang menggunakan platina
Prinsip
terbentuknya bunga api listrik (spark) alat penyala batere:
(1)
Ketika stop contact pada
posisi on dan pemutus arus atau platina (breaker points)
tertutup, maka arus listrik akan mengalir dari batere menuju ke koil yang di
dalamnya terdapat kumparan primer, kumparan sekunder, dan teras besi lunak,
sehingga terjadi medan magnet
(2)
Ketika arus primer diputus
karena bagian platina terbuka oleh gerakan berputar dari nok (cam) maka medan magnet akan hilang dan timbul arus induksi pada kumparan sekunder yang mampu
menghasilkan tegangan hingga � 15000 volt sehingga menimbulkan loncatan bunga api
listrik (spark) pada busi
(3)
Ketika terjadi spark maka
pada setiap gap juga akan terjadi spark, termasuk di platina, untuk itu
dipasang kondensor guna menyerap arus induksi, sehingga tidak timbul spark
pada platina
Prinsip Kerja
Unit Alat Penyala Magnet
- Alat penyala magnet terdiri atas dua macam dalam menghasilkan medan magnet, yaitu: (1) kumparan primer yang berputar, dan (2) magnet yang berputar.� Prinsip kerja unit alat penyala magnet dengan yang menggunakan pemutus arus primer (platina) digambarkan dalam Gambar 3(a) dan Gambar 3(b).
( a )
( b )
�� Gambar 3.� Prinsip kerja unit alat penyala
magnet yang menggunakan platina (a) kumparan primer yang berputar, (b) magnet
yang berputar
Prinsip terbentuknya bunga api listrik alat penyala magnet:
(1)
Ketika stop contact pada
posisi on dan pemutus arus atau platina (breaker points)
tertutup, maka pada saat jangkar bersama-sama kumparan primer berputar (Gambar
3.a) atau magnet berputar (Gambar 3.b), akan terjadi medan magnet pada koil
(2)
Ketika arus primer diputus
karena bagian platina terbuka oleh gerakan berputar dari nok (cam) maka medan magnet akan hilang dan timbul arus induksi pada kumparan sekunder yang mampu
menghasilkan tegangan hingga � 15000 volt sehingga menimbulkan loncatan bunga api
listrik (spark) pada busi
(3)
Ketika terjadi spark maka
pada setiap gap juga akan terjadi spark, termasuk di platina, untuk itu
dipasang kondensor guna menyerap arus induksi, sehingga tidak timbul spark
pada platina
Konstruksi
Unit Alat Penyala Listrik
- Unit alat penyala listrik berperan dalam menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran, bersama-sama dengan sistem penyaluran bahan bakar untuk proses pembakaran di ruang bakar di dalam silinder, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.
Gambar 4.� Contoh
sistem persiapan pembakaran dalam motor bensin 1 silinder
Konstruksi
Unit Alat Penyala Batere
- Konstruksi unit alat penyala batere motor bensin dengan silinder lebih dari satu dapat dilihat dalam Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8.
Gambar 5.�
Contoh unit alat penyala batere motor bensin 2 silinder
( a )
( b )
� Gambar
6.Cara kerja unit alat penyala batere motor bensin lebih dari 1
silinder pada saat: (a) platina tertutup, dan (b) platina terbuka
Gambar 7.�
Contoh cara kerja unit alat penyala batere motor bensin 4 silinder
Gambar 8.�
Contoh konstruksi unit alat penyala batere motor bensin 4 silinder
(1) Ketika stop contact pada
posisi on dan pemutus arus atau platina (breaker points) tertutup
(Gambar 6.a), maka arus listrik akan mengalir dari batere menuju ke koil yang
di dalamnya terdapat kumparan primer, kumparan sekunder, dan teras besi lunak,
sehingga terjadi medan magnet
(2) Ketika arus primer diputus
karena bagian platina terbuka (Gambar 6.b) oleh gerakan berputar dari nok (cam)
maka medan magnet akan hilang dan timbul arus induksi pada kumparan sekunder.�
(3) Poros yang memutar rotor
distributor sama dengan poros nok pemutus arus primer sehingga pada saat
terjadi pemutusan arus primer maka bersamaan itu pula terjadi hubungan antara
rotor distributor dengan salah satu kabel busi sesuai dengan urutan
penyalaannya.� Arus induksi yang didistribusikan oleh distributor tersebut
mampu menghasilkan tegangan hingga � 15000 volt sehingga menimbulkan loncatan bunga api
listrik (spark) pada busi
(4) Ketika terjadi spark maka
pada setiap gap juga akan terjadi spark, termasuk di platina, untuk itu
dipasang kondensor guna menyerap arus induksi, sehingga tidak timbul spark
pada platina
Konstruksi
Unit Alat Penyala Magnet
- Konstruksi unit alat penyala magnet motor bensin dengan silinder tunggal dapat dilihat dalam Gambar 9 dan Gambar 10, sedangkan untuk silinder lebih dari satu dapat dilihat dalam Gambar 11.
Gambar 9.�
Contoh konstruksi alat penyala magnet silinder tunggal dengan platina
Gambar 10.�
Contoh konstruksi alat penyala magnet silinder tunggal dengan CDI
Cara kerja alat penyala
magnet (CDI) motor bensin 1 silinder:
- Ketika roda gaya magnet berputar maka arus diinduksikan dalam koil yang stasioner dan kemudian mengisi kapasitor.� Bila kapasitor telah diisi maka sebuah isyarat tegangan untuk mengontrol timbulnya penyalaan dalam kumparan sensor dengan menggunakan pintu G dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) untuk mengalirkan arus dari A ke K.� Listrik yang dikumpulkan dalam kapasitor selanjutnya disalurkan pada suatu saat melalui SCR dalam kumparan primer.� Arus ini membangkitkan tegangan yang lebih tinggi dalam kumparan sekunder sehingga menimbulkan loncatan bungan api listrik pada busi.
Gambar 11.�
Contoh konstruksi alat penyala magnet dua silinder dengan platina
Cara kerja alat penyala magnet motor bensin lebih dari 1
silinder:
(1)
Ketika stop contact pada
posisi on dan pemutus arus atau platina (breaker points)
tertutup, maka pada saat magnet berputar (Gambar 11), akan terjadi medan magnet
pada koil yang di dalamnya terdapat kumparan primer, kumparan sekunder, dan
teras besi lunak
(2)
Ketika arus primer diputus
karena bagian platina terbuka� oleh gerakan berputar dari nok (cam) maka
medan magnet akan hilang dan timbul arus induksi pada kumparan sekunder.�
(3)
Poros yang memutar rotor
distributor sama dengan poros nok pemutus arus primer sehingga pada saat
terjadi pemutusan arus primer maka bersamaan itu pula terjadi hubungan antara
rotor distributor dengan salah satu kabel busi sesuai dengan urutan
penyalaannya (busi I dan busi II).� Arus induksi yang didistribusikan oleh
distributor mampu menghasilkan tegangan hingga � 15000 volt sehingga
menimbulkan loncatan bunga api listrik pada busi
(4)
Ketika terjadi spark maka
pada setiap gap juga akan terjadi spark, termasuk di platina, untuk itu
dipasang kondensor guna menyerap arus induksi, sehingga tidak timbul spark
pada platina
PRINSIP KERJA, KONSTRUKSI, DAN KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM
PELISTRIKAN PADA MOTOR BAKAR TORAK
- Sistem pelistrikan pada motor bakar torak atau mesin terutama digunakan untuk: (1) menghidupkan motor (engine), dan (2) pengisian arus listrik ke batere atau akumulator (accu).
Menghidupkan
Motor (Engine)
- Motor bakar torak (motor bensin dan motor diesel) dihidupkan dengan cara memutar poros engkolnya.� Pemutaran poros engkol dapat dilakukan dengan cara: (1) mengengkol menggunakan tangan (hand starter), (2) menarik tali starter, (3) mengengkol menggunakan kaki (kick starter), dan (4) menggunakan motor starter.� Diantara keempat cara tersebut penggunaan motor starter memerlukan sumber daya listrik dari batere atau akumulator (accu) untuk menghidupkan motor starter tersebut.
- Motor bakar torak yang dihidupkan dengan menggunakan motor starter memerlukan komponen-komponen sistem pelistrikan: (1) batere (battery) atau accumulator (accu), (2) kunci kontak (key switch) atau saklar starter (starter switch), (3) solenoid atau saklar motor (motor switch), dan (4) motor starter (starting motor), sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 12.
Gambar 12.� Rangkaian komponen sistem pelistrikan
untuk menghidupkan engine
- Pemutaran poros engkol untuk menghidupkan engine menggunakan motor starter ditempuh dengan cara memutar roda gila (flywheel).� Flywheel adalah komponen yang selalu berputar selama poros engkol berputar atau selama engine hidup.� Untuk itu, untuk menghidupkan engine ditempuh dengan cara memutar flywheel.� Dalam Gambar 13 diperlihatkan cara kerja menghidupkan engine menggunakan motor starter.
Gambar 13.� Contoh cara kerja motor starter memutar flywheel
Cara kerja motor starter
memutar flywheel :
- Ketika kunci kontak (key switch) diputar ke posisi on maka akan terjadi aliran arus listrik dari batere ke solenoid, dan ketika kunci kontak diputar ke posisi start maka motor starter hidup dan solenoid mendesak atau mendorong gigi pinion motor starter untuk berhubungan dengan gigi flywheel dan memutar flywheel untuk menghidupkan engine (Gambar 13).�
Pengisian
Arus Listrik ke Batere atau Accu
- Batere atau accumulator (accu) menyimpan dan mengalirkan arus listrik dari sumber pengisi arus listrik ke motor starter dan komponen sistem pelistrikan lainnya, seperti: koil untuk penyalaan, bel atau klakson, dan lampu-lampu.� Pengisian (charging) arus listrik dari sumber pengisi arus listrik ke accu berupa arus listrik searah atau DC (direct current).� Terdapat 2 jenis sumber pengisi arus listrik ke accu, yaitu: (1) alternator, dan (2) genetaror, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 14.
Gambar 14.� Rangkaian pengisian arus listrik ke
batere (accu)
Cara kerja pengisian
arus listrik dari sumber pengisi arus ke accu:
- Ketika kunci kontak (key switch, atau ignition switch) diputar ke posisi on maka terjadi aliran arus listrik dari alternator atau generator ke batere (accu).� Alternator dan generator hidup setelah memperoleh daya putar melalui transmisi sabuk (belt) dari putaran poros engkol engine.� Jadi, proses pengisian arus listrik (charging) berlangsung selama engine hidup.
- Alternator dan generator memproduksi arus listrik dengan cara yang sama, namun berbeda dalam hal metode untuk mengubahnya menjadi arus searah (DC).� Alternator mengubah arus bolak-balik atau alternating current (AC) menjadi DC dengan menggunakan komponen penyearah (diode) yang dipasang secara seri, sedangkan diode generator dipasang dalam rangkaian jembatan Wheatstone (kuprok).�
- Besar arus listrik untuk pengisian terukur pada alat ukur ammeter.� Sekring (fuse) dipasang sebagai pengaman apabila terjadi kelebihan besar arus listrik; dalam hal ini sekring akan putus ketika arus listrik yang mengisi ke batere terlampau besar.
- Alternator dapat mensuplei arus listrik yang lebih besar pada kecepatan putar poros engkol engine yang rendah dibanding generator.� Untuk alasan inilah, maka alternator lebih banyak digunakan dibanding generator.
Regulator
- Rangkaian pengatur (regulator) berfungsi untuk: (1) menutup sirkuit ketika engine hidup, dan membuka sirkuit ketika engine mati, (2) mencegah pengisian arus listrik berlebihan ke batere (overcharging), dan (3) mencegah aliran arus listrik tinggi ke sistem yang dapat merusak komponen lainnya.� Regulator terdiri atas komponen: (1) pengatur tegangan listrik (voltage regulator), (2) saklar otomatis berupa pemutus arus listrik (cutout relay), dan (3) pengatur arus listrik (current regulator).� Ketiga komponen tersebut dipasang di dalam satu tempat tertutup.
- Listrik dari alternator atau generator mengalir ke voltage regulator.� Komponen ini dipasangkan ke dalam rangkaian sistem pengisian arus listrik untuk mengontrol besar tegangan listrik yang dihasilkannya.���
- Pelepasan arus listrik dari batere ke generator ketika generator tidak beroperasi (discharging) dapat dicegah dengan memasang cutout relay di dalam sirkuit.� Secara otomatis saklar akan menutup dan sirkuit lengkap ketika generator beroperasi, dan akan membuka sirkuit ketika generator berhenti.
- Pengatur arus listrik (current regulator) dipasang di dalam sirkuit beban untuk mengendalikan atau mengontrol aliran arus listrik berlebihan akibat terlalu rendahnya besar tahanan (resistance).� Komponen ini mempunyai fungsi yang sama dengan voltage regulator.� Kedua komponen ini tidak bekerja pada waktu yang sama, artinya kalau salah satu bekerja maka yang lainnya tidak.�
PRINSIP KERJA, KONSTRUKSI, DAN KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM
PENDINGINAN PADA MOTOR BAKAR TORAK
- Pada motor bakar torak, energi kimia yang tersimpan dalam bahan bakar diubah menjadi energi thermal pada saat pembakaran.� Energi thermal ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik berupa gerak translasi torak dan gerak rotasi poros engkol.� Adanya pendinginan akan menyebabkan pengurangan besar energi thermal sehingga pendinginan akan menurunkan efisiensi panas.� Meskipun demikian, pendinginan harus ada karena dengan tidak adanya pendinginan akan menyebabkan silinder dan torak menjadi terlalu panas sehingga dapat mengakibatkan: (1) campuran bahan bakar dan udara yang dihisap oleh torak pada motor bensin dapat terbakar sendiri pada saat langkah kompresi (preignition), dan (2) pelumasan akan terganggu karena minyak pelumas dapat ikut terbakar sehingga torak macet yang dapat menimbulkan kerusakan pada silinder dan torak.� Dengan demikian, meskipun sebetulnya pendinginan itu merugikan (mengurangi efisiensi panas) pada motor bakar torak harus ada pendinginan.
- Sistem pendinginan (cooling system) motor bakar torak (motor bensin dan motor diesel) didesain terutama untuk: (1) mengatur suhu operasi, dan (2) mencegah panas berlebihan (overheating).� Dengan adanya pengaturan suhu operasi dalam sistem pendinginan maka: (1) operasi engine akan terjaga pada tingkat panas terbaik, (2) engine akan terlindungi dari operasi terlampau dingin yang dapat mengakibatkan keausan dan pemborosan konsumsi bahan bakar, dan (3) engine terlindung dari preignition, detonasi (peletusan), ketukan (knock), dan kerusakan pada torak, katup-katup, dan pelumasan.�
Bagian yang
Didinginkan
- Bagian yang didinginkan oleh pendingin terutama pada bagian di sekeliling dinding silinder karena pembakaran berlangsung di ruang bakar di dalam silinder.
Bahan
Pendingin
- Bahan pendingin yang umum digunakan pada motor bakar torak adalah udara dan air.� Pendinginan dengan udara disebut juga pendinginan langsung karena udara langsung mendinginkan bagian yang didinginkan.� Pendinginan dengan air disebut pendinginan tidak langsung karena air mendinginkan bagian yang didinginkan, sedangkan air itu sendiri didinginkan oleh udara.
Pendingin Udara
��������� Udara sebagai pendingin mempunyai
panas jenis yang sangat kecil sehingga untuk mendinginkan bagian yang
didinginkan dibutuhkan udara dalam jumlah banyak.� Ada dua cara untuk
memperoleh jumlah udara banyak, yaitu: (1) engine dijalankan pada
kecepatan yang cukup tinggi, dan (2) dihembus oleh kipas (fan, atau blower).
��������� Sekeliling dinding silinder yang
didinginkan oleh udara dilengkapi dengan sirip-sirip pendingin (fins)
guna memperluas kontak dinding silinder dengan udara.� Sirip-sirip pendingin
tersebut menjadi ciri utama konstruksi pendingin udara.
Pendingin Air
��������� Air sebagai pendingin mempunyai
keuntungan/kelebihan yang lebih besar dibanding udara, yaitu: (1) panas jenis
air yang relatif besar, dan (2) air mempunyai panas penguapan tinggi (536
kalori/gram), sehingga air tidak akan cepat panas atau menguap dan untuk
mendinginkan bagian yang didinginkan tidak dibutuhkan banyak air.
Konstruksi dan Cara Pendinginan
��������� Pendinginan motor bakar torak dengan
media udara terdiri atas: (1) pendingin udara stasioner, dan (2) pendingin
udara dinamis.� Proses pendinginan pada pendingin udara stasioner ditempuh
dengan cara menghadirkan udara melalui hembusan kipas (fan, atau blower)
untuk mendinginkan sirip-sirip pendingin di sekeliling dinding silinder.� Ciri
konstruksi pendingin udara stasioner yaitu terdiri atas komponen: (1) kipas (blower),
(2) penutup dari bahan logam untuk mengarahkan aliran udara pendingin (metal
cowling), dan (3) sirip-sirip pendingin (fins, atau finned
cylinder), sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 15.�� Proses pendinginan
pada pendingin udara dinamis ditempuh dengan cara menghadirkan udara melalui
gerakan dinamis dari engine pada saat dijalankan dengan kecepatan yang
cukup tinggi, sehingga pada saat berhenti atau diam di tempat tidak akan
terjadi pendinginan.� Ciri konstruksi pendingin udara dinamis yaitu sirip-sirip
pendingin (fins, atau finned cylinder), seperti ditunjukkan dalam
Gambar 16.
Gambar 15.� Contoh konstruksi pendingin
udara stasioner
Gambar 16.� Contoh
konstruksi pendingin udara dinamis
��������� Pendinginan motor bakar torak
dengan media air ditempuh dengan cara: (1) penguapan, (2) kondensasi, (3)
peredaran alami, dan (4) peredaran paksa.� Keempat jenis pendingin tersebut
berbeda dalam mengubah air �panas� menjadi air �dingin� untuk mendinginkan
silinder.� Air pendingin mendinginkan silinder melalui selimut atau jaket air
pendingin di sekeliling silinder (water jacket).�
��������� Pendinginan penguapan (tipe hopper)
merupakan cara pendinginan dengan air yang paling sederhana (Gambar 17).�
Dinding silinder yang akan didinginkan berada di dalam bak (hopper) yang
dapat diisi dengan air dan terbuka bagian atasnya.� Suhu air pada pendingin
dengan cara seperti ini tidak akan naik lebih tinggi dari 100�C.� Air di dalam hopper suatu saat
akan mendidih dan menguap, sehingga perlu ditambahkan air pendingin yang baru.�
Tinggi muka air pendingin di dalam hopper dapat diketahui dengan melihat
posisi naik-turunnya pelampung.� Pendingin tipe hopper ini tidak dapat
dipakai untuk engine yang dinamis (mobile).
Gambar 17.� Contoh konstruksi pendingin
tipe hopper
��������� Saat ini sudah banyak dilakukan
modifikasi terhadap pendingin tipe hopper, yaitu dengan cara mengalirkan
air pendingin secara kontinyu (terus-menerus) ke dalam hopper dan
mengalirkan keluar dari saluran pembuangan air pendingin (outlet),
terutama diaplikasikan untuk mengoperasikan motor diesel selama 24 jam atau
lebih tanpa dimatikan (nonstop), seperti contohnya pada saat
penggilingan padi atau pada saat digunakan untuk generator listrik (genset).
��������� Pendinginan secara kondensasi
(tipe kondensor) mendinginkan silinder dengan cara mendinginkan uap air yang
bergerak ke atas masuk ke dalam pipa-pipa kondensor.� Pendinginan uap air
tersebut dilakukan oleh kipas (fan) sehingga terkondensasi menjadi
titik-titik embun, kemudian terbentuk tetesan air yang mengalir ke bawah masuk
kembali ke dalam selimut air pendingin.�
��������� Sebuah pipa kecil jalur uap
digunakan untuk menghubungkan kondensor dengan tangki kondensor.� Pada beban
operasi tinggi akan terbentuk uap air yang mengandung udara, dimana udara
tersebut akan keluar melalui lubang-lubang kecil pada pipa jalur uap, sedangkan
uap air akan terkondensasi menjadi air dan masuk ke dalam tangki kondensor.�
Pada beban operasi rendah maka tekanan uap air di dalam kondensor turun dan
airnya tersedot mengalir ke bawah masuk ke dalam selimut air pendingin.�
��������� Posisi tutup air pendingin berada
di bawah kondensor untuk menghindari kenaikan air langsung ke kondensor.�
Konstruksi pendingin tipe kondensor dapat dilihat dalam Gambar 18.�
Gambar 18.� Contoh konstruksi pendingin
tipe kondensor
��������� Pendinginan dengan peredaran
alami (tipe thermosiphon) mendinginkan silinder dengan cara mendinginkan air
�panas� yang mengalir secara alami.� Silinder dan kepala silinder dikelilingi
atau diselimuti oleh air pendingin.� Air �panas� di sekitar silinder akan
bergerak naik karena berat jenis (densitas)nya turun, sedangkan dari bawah
masuk air yang telah didinginkan oleh radiator ke dalam selimut air pendingin,
sehingga terbentuk peredaran air secara alami.�
��������� Sesaat
setelah engine dihidupkan maka suhu air pendingin akan naik dan
terbentuk air �panas� di dalam selimut air pendingin di sekitar silinder. �Akibat
kenaikan suhu tersebut akan menyebabkan densitas air �panas� tersebut turun dan
bergerak naik ke atas menuju ke kisi-kisi pipa pendingin (radiator).� Air
�panas� tersebut baru bisa masuk ke dalam radiator apabila suhunya telah
mencapai sekitar (70 � 80)�C yang diatur oleh thermostat.� Thermostat berfungsi
untuk mencegah korosi pada radiator
oleh suhu air pendingin yang rendah, sehingga thermostat dirancang untuk bisa
membuka pada suhu (70 � 80)�C.� Di
dalam radiator, air �panas� didinginkan oleh udara luar yang dihisap ventilator
(fan) yang diputar oleh poros engkol melalui transmisi sabuk (fan
belt).� Densitas air �dingin� ini menjadi naik dan bergerak turun ke bawah
masuk ke dalam selimut air pendingin.� Proses pergerakan air pendingin tersebut
berlangsung secara alami selama tinggi permukaan air di bawah tutup radiator
adalah sama atau lebih tinggi dari tinggi permukaan air di dalam thermostat.�
Dalam Gambar 19 dapat dilihat konstruksi pendingin tipe thermosiphon.
Gambar 19.� Contoh
konstruksi pendingin tipe thermosiphon
��������� Pendinginan dengan peredaran
paksa (tipe radiator) mendinginkan silinder dengan cara mendinginkan air
�panas� yang mengalir secara paksa oleh pompa air.� Sepintas konstruksi
pendingin tipe radiator ini hampir sama dengan tipe thermosiphon, perbedaannya
terletak pada ada dan tidaknya pompa air, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
20.
��������� Selama suhu air �panas� belum
mencapai (70 � 80)�C maka air �panas�
tersebut hanya akan berputar-putar di dalam selimut air pendingin melalui
saluran bypass (Gambar 20).� Keuntungan/kelebihan yang dimiliki
pendingin tipe radiator ini adalah: (1) peredaran air pendingin tetap
berlangsung meskipun tinggi muka air pendingin berada di bawah thermostat, dan
(2) kapasitas pendinginan besar sehingga banyak diaplikasikan untuk engine-engine
tugas berat yang dinamis.
���������
Gambar 20.� Contoh
konstruksi pendingin tipe radiator
PEMELIHARAAN/PERAWATAN SISTEM PENYALAAN LISTRIK, SISTEM
PELISTRIKAN, DAN SISTEM PENDINGINAN��������� PADA MOTOR BAKAR TORAK
��������� Tindakan perawatan (maintenance)
merupakan suatu usaha agar motor (engine) yang dioperasikan tidak cepat
rusak dengan cara senantiasa melakukan pencegahan sebelum timbul kerusakan,
sehingga prestasi motor tetap maksimum dan memperpanjang umur operasinya.�
Adapun cara perawatan meliputi: (1) perawatan pencegahan (preventive
maintenance), dan (2) perbaikan mendadak (emergency maintenance).�
Tindakan perawatan pencegahan lebih penting dibanding tindakan perbaikan
mendadak.
��������� Motor bakar torak, baik motor bensin
maupun motor diesel, dapat beroperasi secara aman dan lancar apabila selalu
dalam kondisi prima pada saat dioperasikan.� Kondisi prima tersebut dapat
selalu terjaga apabila terpelihara atau terawat sistem penyalaan listriknya,
sistem pelistrikannya, dan sistem pendinginannya.
Perawatan
Sistem Penyalaan Listrik
��������� Bagian atau komponen utama
sistem penyalaan listrik pada motor bensin yang perlu dirawat adalah: (1)
batere (accu), (2) roda gaya magnet, (3) koil, (4) pemutus arus primer
(platina), (5) CDI, (6) kondensor, (7) distributor, dan (8) busi.� Di antara
kedelapan komponen tersebut maka busi adalah komponen yang paling sering
ditangani untuk dirawat, kemudian disusul batere, platina, CDI, kondensor,
distributor, koil, dan terakhir roda gaya magnet.
��������� Busi tersusun oleh
komponen-komponen seperti: elektroda, isolator, dan gasket, sebagaimana secara
lengkap dapat dilihat dalam Gambar 21.� Busi tidak boleh terlalu panas karena
akan memudahkan terbentuknya endapan karbon pada permukaan isolator porselen dan
dapat menimbulkan hubungan singkat.
Gambar 21.� Contoh penampang sebuah busi
��������� Suhu
isolator busi harus mencapai (700 � 800)�C agar karbon dapat terbakar sehingga tidak
terbentuk endapan karbon pada permukaan isolator porselen.� Apabila suhu
terlampau tinggi maka akan dapat merusak isolatornya atau akan menimbulkan preignition,
sehingga akan memperpendek umur motor bensin.
��������� Busi
dapat diklasifikasikan berdasarkan atas suhu pengoperasiannya, yaitu: (1) busi
panas (hot plug / low compression plug), (2) busi sedang (normal plug
/ intermediate compression plug), dan (3) busi dingin (cold plug / high
compression plug).� Konstruksi ketiga jenis busi dapat dilihat dalam Gambar
22, sedangkan ciri-ciri yang membedakan ketiga jenis busi tersebut ditunjukkan
pada Tabel 1.
Gambar 22.� Contoh konstruksi busi panas, busi
sedang, dan busi dingin
Tabel 1.� Karakteristik busi panas, busi sedang, dan
busi dingin
Ciri |
Busi Panas
|
Busi Sedang
|
Busi Dingin
|
Hidung isolator
|
Panjang
|
Menengah
|
Pendek
|
Rongga
|
Longgar
|
Menengah
|
Sempit
|
Posisi elektroda
|
Menonjol
|
Menengah
|
Tenggelam
|
Panas yang terjadi
|
Cepat
|
Menengah
|
Lambat
|
Penggunaan
|
Beban ringan, suhu rendah
|
Menengah
|
Beban berat, suhu tinggi
|
��������� Motor
bensin yang cenderung mudah overheat akibat kurang bagusnya sistem
pendinginan harus menggunakan busi panas, sedangkan yang cenderung mudah
terbentuk endapan karbon harus menggunakan busi dingin.� Ketika terjadi overheat
maka busi panas akan mati karena tidak tahan terhadap panas (suhu) tinggi.�
Busi juga dirancang sebagai pengaman atau bagian yang dilemahkan, artinya untuk
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah, maka akan lebih mudah dan
ekonomis dengan hanya mengganti busi daripada harus mengganti komponen lainnya
yang lebih mahal.
��������� Busi
yang masih baik dicirikan sebagai berikut: (1) loncatan bunga api listriknya
kuat dan berwarna biru putih, dan (2) isolatornya berwarna kuning, sawo matang,
atau coklat.� Dalam Gambar 23 diperlihatkan contoh kondisi busi yang masih baik
dan yang sudah tidak normal atau rusak setelah dioperasikan dalam kurun waktu
tertentu.
Gambar 23.� Contoh kondisi busi setelah dioperasikan
dalam kurun waktu tertentu
��������� Tindakan
perawatan busi cukup mudah, yaitu: (1) buka atau lepaskan busi dari kepala
silinder, (2) bersihkan ulir dan bagian gap elektroda menggunakan kawat baja
halus, dan (3) ukur jarak kerenggangan gap elektroda busi menggunakan alat ukur
ketebalan (filler gauge), seperti ditunjukkan dalam Gambar 24 dan Gambar
25.� Jarak renggang gap elektroda busi disesuaikan
dengan gap antar ujung kontak platina (busi 0.6 � 0.8 mm; platina � 0.35 mm).
Gambar 24.� Contoh tindakan perawatan busi
Gambar 25.� Contoh tindakan penyetelan dan
pengukuran gap antar ujung platina
��������� Kinerja
busi dan platina dipengaruhi pula oleh
kinerja kondensor karena kerusakan pada platina sebagian besar disebabkan oleh
tidak berfungsinya kondensor secara maksimal sehingga mengakibatkan pemutusan
arus primer tidak bagus dan percikan bunga api listrik pada busi berkualitas
buruk.� Kondensor yang masih baik ketika diuji dengan menggunakan alat ukur
multitester (AVO-meter) menunjukkan simpangan jarum yang reaktif dan gerak
kembalinya lambat atau lebih lambat.
��������� Kinerja platina akan maksimal bila posisi antar
ujung permukaan kontaknya senantiasa tepat atau tidak bergeser.� Selain itu,
ujung-ujung permukaan kontak platina harus rata, tidak boleh kasar atau
berongga karena terbakar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 26.� Apabila
ujung-ujung permukaan kontak platina tersebut tidak tepat, kasar, atau
berongga, harus disetel kembali atau diganti.
Gambar 26.� Contoh kondisi dan posisi ujung-ujung
permukaan kontak platina
��������� Batere
atau accu, yang menggunakan elemen basah, perlu dikontrol atau dicek
keberadaan cairan atau air accunya.� Pengecekan terutama terhadap tinggi
muka air accu dan densitas atau berat jenis air accu menggunakan
alat ukur hidrometer untuk setiap 50 jam operasi.� Pengisian air accu�
tidak boleh sampai penuh betul karena akan menghalangi pergerakan gas di atas
permukaan air accu.� Berat jenis air accu yang baik adalah antara
1.22 � 1.28 g/cc.� Apabila berat jenis mencapai lebih dari 1.30 g/cc maka
pengisian arus listrik dari alternator atau generator ke accu berlebihan
(over charge), sedangkan bila kurang dari 1.21 g/cc dikatakan lemah.�
Batere harus diganti apabila berat jenis air accu tiap sel kurang dari
0.05 g/cc.�����������������
Perawatan
Sistem Pelistrikan
��������� Bagian atau komponen utama
sistem pelistrikan pada motor bakar torak yang perlu dirawat adalah: (1) batere
(accu), (2) kunci kontak, (3) alternator, (4) generator, (5) regulator,
(6) ammeter, (7) sekring (fuse), (8) sabuk transmisi (belt), dan
(9) solenoid dan motor starter.� Tindakan perawatan terhadap sistem pelistrikan
meliputi penyetelan dan penggantian.� Penyetelan sangat jarang dilakukan,
sedangkan penggantian mungkin dilakukan terhadap batere, kunci kontak, sekring,
dan belt yang sudah habis umur operasionalnya.
Perawatan
Sistem Pendinginan
��������� Pendinginan pada motor bakar
torak terdiri atas dua cara, yaitu: (a) pendinginan dengan udara, dan (b)
pendinginan dengan air. �Tindakan perawatan motor bakar torak berpendingin
udara lebih mudah dan sederhana dibanding motor bakar torak berpendingin air,
karena konstruksinya yang lebih sederhana dan ringan.
Perawatan komponen motor bakar
torak berpendingin udara
��������� Komponen utama pendingin udara
yang perlu dirawat adalah: (1) sirip-sirip pendingin (fins), (2) kipas (fan,
atau blower), dan (3) penutup (metal cowling).� Tindakan
perawatan meliputi pembersihan dan penyetelan.� Pembersihan kotoran yang
menempel dilakukan terhadap sirip-sirip pendingin, kipas, dan penutup,
sedangkan penyetelan dilakukan terhadap kipas agar posisi dan gerak berputarnya
stabil dan mantap.
Perawatan komponen motor bakar
torak berpendingin air
��������� Komponen utama pendingin air
yang perlu dirawat adalah: (1) bak (hopper), (2) pelampung (penunjuk
tinggi muka air dalam hopper), (3) selimut / jaket air pendingin (water
jacket), (4) kondensor, (5) thermostat, (6) radiator, (7) tutp radiator,
(8) ventilator, (9) pompa air, (10) kipas, dan (11) tali kipas (fan belt).�
Tindakan perawatan meliputi pembersihan, penyetelan, dan penggantian komponen.�
��������� Pembersihan dilakukan terhadap
komponen hopper, water jacket, kondensor, radiator, ventilator,
dan kipas.� Hopper dan water jacket dibersihkan dengan cara
dikuras, kondensor dan radiator dibersihkan dengan cara disemprot dengan air
bertekanan tinggi atau menggunakan steam (uap air panas bertekanan
tinggi) dan kompresor, sedangkan ventilator dan kipas cukup dibersihkan dengan
menggunakan kain lap.�
��������� Penyetelan dan penggantian dilakukan
terhadap komponen thermostat, tutup radiator, dan tali kipas.� Penyetelan dan
penggantian thermostat dilakukan apabila suhu air pendingin cepat naik akibat
terhambatnya aliran air �panas� melewati thermostat.� Dalam Gambar 27 dapat
dilihat cara kerja thermostat yang mengalirkan air �panas� ke radiator dan di
dalam selimut melalui saluran bypass.� Penyetelan dan penggantian tutup
radiator dilakukan apabila katup (valve) tidak bekerja secara optimal
dalam mengalirkan uap dan/atau air �panas� berlebihan ke tabung penampung
limpahan (overflow tube), seperti ditunjukkan dalam Gambar 28.�
Penyetelan dan penggantian tali kipas dilakukan untuk menyetel kekencangan tali
kipas dan menggantinya bila telah mencapai umur operasionalnya.
�
Gambar 27.� Cara kerja
thermostat pada saat buka (open) dan tutup (closed)
Gambar 28.� Cara
kerja tutup radiator pada saat buka (open) dan tutup (closed)
Test Formatif
Sistem Penyalaan Listrik
1.� Jelaskan fungsi sistem penyalaan
listrik pada suatu motor bakar torak!
2.� Sebutkan komponen-komponen unit alat
penyala batere dan magneto untuk motor bakar torak dengan silinder lebih dari
satu, dan jelaskan prinsip kerja kedua unit alat penyala listrik tersebut!
3.� Jelaskan cara kerja unit alat penyala
magneto yang dilengkapi komponen CDI untuk motor bakar torak satu silinder!
Sistem Pelistrikan
1.� Jelaskan fungsi sistem pelistrikan
pada motor bakar torak!
2.� Sebutkan komponen-komponen unit
sistem pelistrikan untuk menghidupkan motor bakar torak dengan silinder lebih
dari satu, gambarkan rangkaian atau sirkuit sistem pelistrikan untuk
menghidupkan engine tersebut dan jelaskan prinsip kerjanya!
3.� Sebutkan komponen-komponen unit
sistem pelistrikan untuk pengisian arus listrik dari alternator dan generator
ke batere atau accu, gambarkan rangkaian atau sirkuit sistem
pelistrikannya dan jelaskan prinsip kerjanya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar